Ada pasal 34 UUD 1945?
Tadi pagi dalam perjalanan menuju ke kantor, sesampainya di daerah jembatan layang Matraman ada seorang gadis kecil yang baru terbangun dari tidurnya yang lelap di atas jembatan itu. Tak pelak lagi dia menjadi objek perhatian para pengendara yang melintas termasuk saya.
Saya membayangkan gadis kecil tersebut tertidur semalaman di aspal jembatan layang yang pasti dingin, lembab dan berangin. Ah... apakah benar di negara aneh ini - ngakunya negara kaya yang melimpah hasil alam dan hasil bumi - (pernah)
ada pasal 34 UUD 1945 yang berbunyi "Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara"?
Di SMS oleh Presiden RI?
Warga
kampung ribut-ribut soal
SMS dari Presiden ini sejak tadi siang. Bahkan
Jay,
Pakerte dan
Fahmi sudah membuat postingan di blog mereka masing-masing (Jay bahkan menyertakan
screenshot HP-nya, sedangkan Pakerte menyertakan jawabannya). Saya masih santai-santai aja karena belum terima smsnya.
Tidak tau sih apakah
SMS itu memang benar dari Presiden ataukah "Presiden", tetapi yang jelas pada pukul 16:42:02
WIB akhirnya saya menerima sendiri (
spam SMS?). Bunyinya seperti ini:
"Stop penyalahgunaan dan kejahatan Narkoba sekarang. Mari kita selamatkan dan bangun bangsa kita, menjadi bangsa yang sehat, cerdas, dan maju."
Sender:
Presiden RI
Dilihat-lihat kok gak ada nomor pengirimnya, apa ini yang dinamakan
cell broadcast?
Memang sih narkoba adalah isu yang besar, tetapi persoalan yang negara ini hadapi gak cuma narkoba pak. Dari sisi sosial saja sudah banyak pekerjaan rumah yang harus segera dibereskan, salah satu contohnya adalah busung lapar yang sedang melanda daerah timur Indonesia seperti di
NTB. Belum lagi masalah lain seperti pendidikan, kesejahteraan dan lainnya. Atau sisi lain lagi seperti korupsi hanyalah beberapa sisi masalah diantara sekian banyaknya sisi masalah yang dihadapi.
Meskipun himbauan ini baik (
spam SMS?), akan jauh lebih baik lagi bila langsung ada tindakan nyata dari pemerintah yang bapak pimpin untuk menyelesaikan masalah-masalah negeri ini.
Pekan Imunisasi Nasional II
Hari ini,
DepKes mengadakan
PIN II di Propinsi Jawa Barat, DKI Jakarta dan Banten. Berkaca kepada banyaknya kejadian bayi sakit bahkan meninggal pasca
PIN I yang sangat memprihatinkan dan memilukan, banyak masyarakat yang tidak antusias untuk mengikuti
PIN II ini. Rasa was-was dan trauma wajar dimiliki oleh para orang tua yang tidak mengharapkan adanya musibah pasca
PIN kali ini.
Memang bagaimanapun juga kita harus berupaya untuk tetap objektif. Benarkah kasus-kasus yang terjadi sebagai akibat dari pemberian vaksinasi tersebut? Banyak pertanyaan di benak saya untuk hal ini. Sebagai orang awam yang tidak tahu mengenai dunia kedokteran, apakah anak diperiksa dulu kondisi kesehatannya sebelum di vaksinasi? setahu saya anak harus dalam kondisi betul-betul sehat sebelum diberi vaksin. Apakah bila tidak sehat tetap dipaksakan ikut? Bagaimana riwayat kesehatannya? Adakah petugas kesehatan atau dokter ahli anak yang mendampingi relawan yang bertugas?
Tentang vaksin yang diberikan,
Depkes memberikan jawaban di
sini.
Semoga penyelenggaraan
PIN II ini benar-benar diawasi dengan ketat dan cermat oleh dokter ahli anak di tiap-tiap tempat penyelenggaraan, pada pasca penyelenggaraan PIN II ini tidak terjadi lagi musibah seperti yang lalu,
Komnas PP KIPI juga bisa melaksanakan tugasnya dengan baik dan benar.
Musholla di pusat perbelanjaan
Sehabis membaca postingan di blog
Didats, jadi ingin memberikan review tambahan di beberapa pusat perbelanjaan yang gak mungkin ditambahkan sebagai komentar disana.
Atrium Senen
Salah satu tempat sholat di mal yang bagus. Biasa dipakai juga untuk tempat sholat Jum'at. Tempat sholat lumayan besar, dipisah antara laki-laki dan perempuan. Tempat wudhu juga terpisah untuk laki-laik dan perempuan, sayangnya memiliki jarak yang cukup jauh dari tempat sholat. Bakiak juga banyak tersedia.
Pasar Festival
Tempat sholat luas dan dihijab dengan kain. Tempat wudhu lumayan besar meskipun tidak begitu bersih. Sayangnya tempat wudhu agak jauh terpisah dari tempat sholat.
Pasaraya Manggarai
Sudah lama gak kesana, jadi sudah lupa-lupa ingat. Tempatnya sih lumayan lah. Tempat sholat dipisah antara laki-laki dan perempuan.
Mal Kelapa Gading
Tempatnya lumayan juga sih. Hijab berupa kain putih yang panjang dan lebar, hanya saja tempat wudhunya sempit.
Kesan umum yang ada tentang keberadaan musholla di pusat perbelanjaan: Biasanya tempatnya mojok di dekat tangga darurat, di tempat parkir, di lorong atau di tempat tak terpakai yang dialih fungsikan. Sangat jarang yang membuat musholla yang sudah dirancang atau dipikirkan sebelumnya. Suatu ironi mengingat Indonesia adalah negara yang berpenduduk muslim terbanyak di dunia. Dalam hal ini, ITC Cempaka Mas adalah yang terbaik dengan membuat masjid di lingkungan perbelanjaannya.
Kalau ada yang pernah dan tau tentang musholla di mal atau tempat perbelanjaan yang lain, tolong tulis di bagian komentar ya :)
Alhamdulillah...
Terima kasih untuk doa teman-teman semua. Kemaren sore, alhamdulillah
istri saya sukses dan lulus sidang masternya di
MSI Gunadarma. Sebelumnya saya kira masih
MM ternyata sudah ganti menjadi
MSI.
Berarti tinggal saya yang baru mulai berjuang bulan September nanti. Doakan saya juga ya :)
Ujian MM di Gunadarma
Besok sore jam 14:30
istri saya akan menjalani sidang untuk mempertahankan thesisnya di
SIA MM Gunadarma. Mohon doa dari teman-teman sekalian agar istri saya sukses menjalani sidangnya dan berhasil lulus. Terima kasih banyak.
Oh iya... milis
kampung kenapa ya? posting terakhir di milis jam 16:04 waktu sini setelah itu kosong.
Punya blog di MIT
Tadi siang saya membuat posting pertama untuk blog
saya di
MIT. Hehehehe... Gak bangga sih sebenernya dan gak keren juga. Lah wong saya bukan orang
MIT kok.
Sebenernya berita
blog di
MIT itu udah "
BasBang" untuk warga
kampung, karena pemberitahuan itu berasal dari postingnya
Enda beberapa hari yang lalu. Mula-mula males nyoba, ngapain banyak-banyak punya blog kalo nantinya malah gak
keurus (bener gak sih nih? lirik
polisiEYD). Punya dua aja,
blog di
friendster jadi terabaikan, blom rencana si
v.2 yang belum jadi-jadi sampai sekarang.
Cuma akhirnya hari ini nyoba juga deh. Ternyata sudah banyak warga
kampung yang buat disana. Setelah saya buat blognya, saya posting pake bahasa Inggris biar belajar posting blog pake bahasa Inggris, soalnya terus terang kosa kata, tata bahasa (
name it lah...) bahasa Inggris saya kok terasa menyedihkan ya :) Untung saya bukan menteri ataupun orang penting sehingga kalaupun saya gak lancar berbahasa Inggris tidak ada yang protes :P
Lomba cipta logo [ID] Blogshares
Ayo ayo ikuti
lomba cipta logo [ID] Blogshares - klub pemain saham blog asal Indonesia di
Blogshares. Hadiahnya menarik banget loh... B$ 75 Milyar! Bisa jadi kaya mendadak di
Blogshares, bisa borong saham-saham apa aja. Tapi ingat! hadiahnya B$ loh yah. Jadi jangan kesenengan dulu :P Bukan $ doangan :D
Informasi lebih jelas bisa dilihat di
sini. Ayo cepet daftar karena lombanya ditutup tanggal 30 Juli 2005 ini.
Good Luck! Semoga anda bisa menjadi pemenangnya.
Ayo rame-rame pake Ubuntu
Hari ini saya meminta kiriman CD gratis dari
Ubuntu. CD ini berisi Ubuntu versi 5.04 "The Hoary Hedgehog". Saya memesan untuk versi Intel/x86, PowerPC dan AMD64. Menurut mereka, CD tersebut akan sampai sekitar
4-6 minggu.
Ayo ayo pesan
CD nya. Ubuntu itu gratis dan legal, jadi tidak perlu pusing tentang masalah hak cipta dan dijamin tidak akan diuber-uber pihak
BSA.
Lembur ditemani ID-Blogsharers
Wah saya harus lembur malam ini. Maklum banyak yang harus di
upload termasuk
database dan program sistem penunjang. Untuk menemani lembur, saya ikut arisan
ID-Blogshare untuk menambah ilmu saya dalam bermain saham blog di
Blogshare.
Saya berkunjung dahulu ke profil
Laila karena teman-teman bilang dia akan memberikan B$ 5B untuk pemain yang mempunyai
cash balance dibawah B$ 1B. Setelah mengikuti petunjuk yang diberikan... voilaaa.. ternyata benar dia membeli 1 lembar saham seharga 5B. Terima kasih banyak
Laila. Hmmm... namun ternyata ada masalah.
Laila komplain ke saya bahwa sebenarnya
cash balance saya sebelumnya adalah 2B. Terkejut langsung saya periksa dan ternyata benar sekarang saya mempunyai 7B bukannya 6B.
Saya langsung mengiriminya pesan berisi permintaan maaf dan menjelaskan alasan mengapa saya lalai melihat cash balance saya sebelum mengiriminya
sell order. Saya juga mengatakan kepadanya bahwa jika dia tak berkenan, dia boleh mengambil kembali 5B miliknya dan mengajarkan kepada saya cara transfernya. Hal ini saya lakukan karena saya ingin bermain dengan jujur dan baik. Tetapi bagaimanapun yang akan terjadi, saya ingin mengucapkan terima kasih banyak kepada
Laila atas kebaikannya.
Pelajaran hari ini adalah membeli 10.000
ideas dan membuat
artefact. Lantas menggunakannya untuk Raid Blog di blog
MSN dan langsung menjual kembali seluruh 500
ideas yang saya dapat karena harganya akan berkurang dengan cepat. Lumayan dapat B$ 5M di pelajaran pertama :P
Selain itu saya juga sudah menguasai secara penuh kedua blog milik saya. Saham blog
ini saya beli dengan
LBO sedangkan satu
lagi saya kuasai secara alami.
Terima kasih untuk Pak
Andika, Doddie dan
Arie untuk pelajaran hari ini. Besok kalau sempat, saya mau sekolah lagi :D
Catatan: Pagi ini (20050621) saya sudah mendapatkan e-mail dari
Laila yang menyebutkan bahwa saya tetap mendapat pemberian itu karena jika dia tidak setuju, dia tidak akan pernah memberi saya sepeserpun. Terima kasih banyak atas kebaikan hati anda :)
5 e-book gratis
Coba kunjungi situs
ini. Disediakan 5 buah
e-book gratis untuk di
download. Meskipun hanya 5 buah, tetap lumayan kan?
Kalau ada yang punya koleksi
e-book gratis atau yang punya
linknya tolong beritahu saya ya. Terima kasih sebelumnya :)
Free Software: antara Brazil dan Indonesia
Membaca artikel di
TechnologyReview, saya kok tergelitik untuk membandingkan Brazil dengan Indonesia tercinta ini ya...
"
The cause is not hard to see: according to the United States, Brazil, for example, is a pirate nation. The International Intellectual Property Alliance (which, its name notwithstanding, represents U.S. copyright interests) estimates that this piracy cost United States copyright industries close to $1 billion last year. Consequently, the U.S. has begun to put pressure on Brazil. That pressure has produced an unsurprising reaction against the stuff that makes it possible for Brazil to be a pirate nation--proprietary code and proprietary culture."
Hmmm... Brazil ternyata negara pembajak toh... Keadaan ekonominya mungkin sama dengan negara kita ya?
Oh sama dong. Indonesia juga sudah dikenal sebagai negara pembajak
software nomor 5 didunia. Dengan alasan mahalnya harga
software proprietary dan kekurang-mampuan daya beli masyarakat , maka pembajakan
software pun merajalela. Sementara disini juga hampir merupakan suatu keharusan untuk mempunyai kemampuan menguasai berbagai jenis software bila ingin melamar suatu pekerjaan padahal harga
software yang harus dikuasai sangat mahal untuk ukuran kita.
"
For there's another way to reckon the cost of the proprietary. According to the Brazilian government, for example, Brazil sends close to $1 billion to the north each year just to pay for software licenses. So as the Brazilians see it, tongue firmly in cheek, this proprietary stuff is a bad thing all around--costing the U.S. $1 billion, and Brazil $1 billion as well."
Wah suatu jumlah yang sangat banyak kan? bayangkan 1 triliun dolar per tahun hanya untuk biaya
lisensi software saja. Bagaimana jika jumlah itu berkurang banyak? Tentu sisanya bisa digunakan untuk menambah pos anggaran pembangunan bangsa :P Itu Brazil loh... Indonesia? angka yang pasti tidak bisa saya dapatkan. Tapi berarti lagi-lagi masalahnya sama...
"
The obvious solution is to dump the proprietary stuff. So the Brazilian government is pushing itself and the nation to substitute free software for proprietary software. As one member of the government said during a speech at the World Social Forum, "We're against software piracy. We believe Microsoft's rights should be respected. And the simplest way to respect their rights is for Brazilians everywhere to switch to free software.""
Brazil memang hebat. Pemerintahnya sendiri berusaha untuk mengatasi masalah ini. Iya dong. Masak mau dibilang negara pembajak terus-terusan? Malu dong ah :P Jadi pemerintahnya memutuskan bahwa solusinya adalah dengan mengganti software proprietary ke software gratis. Bravo untuk Brazil!
Indonesia? oh tentu saja pemerintah kita tidak mau kalah. Langsung dicanangkan program
IGOS. Hebat kan? Suatu langkah yang patut mendapat pujian.
"
The Brazilian government is beginning to internalize the tenets of the free-culture movement as well. Brazil's minister of culture, Gilberto Gil, is leading a push for practical reform of the copyright system. His ministry has launched a project called Points of Culture (Pontos de Cultura) that will establish free-software studios, built with free software, in a thousand towns and villages throughout Brazil, enabling people to create culture using tools that support free cultural transmission. If things go as planned, the result will be an archive of Brazilian music, which will be stored in digital form and governed by a license inspired by free software's GPL. The Canto Livre project will "free music" made in Brazil, for Brazilians (and the world) to remix and re-create. And like a free-software project, it achieves that freedom on the back of copyright."
Pemerintah Brazil benar-benar menerapkan langkah yang nyata dan sungguh-sungguh. Gebrakan juga langsung dilakukan untuk menerapkan kebijakan berubah ke software gratis.
Disini masih menunggu gebrakan pemerintah untuk merealisasikan
IGOS sementara
BSA terus mengadakan razia seperti yang terjadi sekarang di
warnet-warnet.
"
Gil is emphatically not against copyright. He's one of Brazil's most successful musical artists, which means he has benefited greatly from copyright. But he is also one of the very few Brazilian artists to make it outside of Brazil. And he is convinced that a different kind of economy might spread Brazilian creativity more broadly."
Hak Cipta itu memang sudah sepantasnya ada kok. Memang sudah seharusnya dihormati dan dihargai.
"
So the U.S. calls them pirates, and they reform their ways--not by more faithfully buying our products, but by finding ways to remain creative without infringing our rights. This is free software "ported"--as software engineers say--to free culture, and it inspires all the hype typical of such movements. "We're hoping," the leader of the free-software lab explained, "everybody is going to start producing their own media content and then they won't have to watch TV anymore.""
Sekali lagi Pemerintah Brazil hebat. Mereka konsisten untuk berpindah ke
free software dengan cara mereka sendiri dan menjadi bertambah kreatif dengan tetap menghargai Hak Cipta.
Pemerintah Indoenesia?
Berusaha mengemis kepada Microsoft untuk memutihkan seluruh software-software bajakan yang terpasang di seluruh kantor pemerintahan dengan harga hanya 1 dollar per copy =))
Benar-benar memalukan! Hanya untuk menjadi bahan tertawaan. Siapa suruh pake
software proprietary? Oke lah... untuk selanjutnya sudah ada pilihan: Apakah akan terus memakai
software proprietary terus ataukah beralih ke
free software? Mana
IGOS? Mana
IGOS?
"
That's a rather grand ambition, no doubt. But before you dismiss it as mere youthful idealism, consider this: had you met Richard Stallman in 1984, would you have believed him? And remember, he didn't have the government of the fifth-largest nation in the world behind him."
Apakah keinginan ini hanya angan-angan yang mustahil diwujudkan? Ataukah ini impian yang berupa idealisme belaka? Tidak juga tuh karena ada buktinya.
Richard Stallman adalah pendiri GNU Project dan Free Software Foundation.
Jika memutuskan untuk memilih kembali ke
IGOS, pemerintah tidak akan terlalu banyak kesulitan. Sudah sangat banyak dukungan dan
software yang dibuat sebagai
open source baik sistem operasi maupun aplikasi. Yang juga perlu diingat,
open source berkembang dengan pesat karena kode sumber dibuka untuk publik sehingga mempercepat pengembangannya.
Kalaupun ada aplikasi yang diperlukan tidak tersedia di open source dan terpaksa membeli, belilah jangan membajak lagi. Karena yakinlah bahwa jumlah lisensi yang harus dibeli pasti sudah akan sangat sedikit sekali dibandingkan tidak merealisasikan
IGOS sama sekali.
Sekali lagi: Sekarang sudah ada pilihan yang lebih baik.
Minta maaf dan ucapan selamat
Wah wah wah sepertinya saya harus minta maaf sama blog ini. Sudah beberapa hari ini tak ada posting baru disini. Maklum deh tuntutan pekerjaan memaksa saya untuk tak lagi leluasa membuat posting. Semoga saja minggu depan sudah mulai longgar beban saya. Jangan marah ya blog :)
Hari ini anak pertama dari mamang saya, Mang Jule, menikah di rumahnya di daerah Pulo Jahe, Cakung. Selamat menempuh hidup baru ya Nia dan Suami. Semoga menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah. Rukun selalu dan selalu mendapat petunjuk dan lindungan Allah
SWT. Juga Insya Allah dikaruniai keturunan yang shaleh dan shalehah.
Maafkan saya tidak bisa menghadiri acara yang sakral ini, karena saya tidak bisa meninggalkan pekerjaan. Sangat sedih sebenarnya tidak bisa hadir tapi upload saya belum selesai 100% sedangkan
client sudah bertanya-tanya terus selain memang sudah
deadline jam 10
WIB pagi ini. Yang bisa saya lakukan hanyalah menitipkan salam melalui Mama dan rombongan kakak dan adik dari Makasar.
Selamat Ulang Tahun
Hari ini ada dua acara ulang tahun. Yang pertama adalah ulang tahun pertama
Kampung Gajah, tempat ngejunk paling asik dan kreatif. Yang kedua adalah ulang tahun yang ke ** Elizabeth Gita Rarasati, mantan rekan kantor dan anggota
Bedeng.
Selamat Ulang Tahun! May your wishes come true! wish you all the best! :D
Tariq Bin Ziyad
Teringat dulu waktu kecil (sekitar kelas 4
SD) pernah dibelikan
Alm. Bapak sebuah buku tipis tentang
Tariq Bin Ziyad. Bapak bilang, "Wan, ini bapak belikan buku sejarah tentang salah satu panglima
Islam yang sangat terkenal. Dia berhasil menaklukkan
Andalusia dan membawa
Islam memasuki
Eropa". Sejak membaca buku itu,
Tariq bin Ziyad sudah menjadi salah satu pejuang
Islam idola saya. Sayang buku itu sudah hilang entah kemana, sepertinya hilang sewaktu rumah direnovasi waktu jaman
SMP.
Tariq Bin Ziyad adalah seorang
Muslim Berber yang bertugas di
Tangier, panglima dari
Musa Bin Nusair, gubernur
Afrika Utara yang bertugas pada masa
Khalifah Walid I bin Abdul Malik (khalifah ke-6) dari daulah
Umayyah yang berkedudukan di
Damaskus,
Syria.
Beliau dikirim oleh
Musa bin Nusair ke Semenanjung
Iberia untuk membantu ahli waris raja
Visigoth, Witiza pada perang saudara disana. Saat itu tahta kerajaan Visigoth direbut dan dikuasai oleh
Roderic - seorang penguasa dari
Baetica - dari raja Achila selama tahun 710-711.
Persiapan keberangkatan dibantu juga oleh
Count Julian, penguasa
Ceuta - daerah paling utara
Maghreb di tepi laut
Mediterannia dekat
Selat Gibraltar; daerah ini merupakan daerah
Spanyol yang berada terpisah dari induknya. Julian ingin menghancurkan Roderic yang telah menghamili salah satu anak perempuan yang dikirimnya untuk belajar ke
Toledo ibukota
Visigoth. Pada masa itu juga,
Roderic sedang menghadapi pertempuran untuk menghancurkan pemberontak di sebelah utara kota
Pamplona.
Pada tanggal 30 April
711 (Syakban 92H),
Tariq bin Ziyad pun berlayar meninggalkan
Ceuta melintasi
Selat Gibraltar menuju
Gibraltar membawa 7.000 pasukan
infanteri dan 300 pasukan
kavaleri. Gunung karang tempat pendaratan pun kemudian diberikan nama Jabal Tariq (bahasa
Arab) yang berarti Gunung Tariq yang kemudian diucapkan menjadi
Gibraltar.
Sesampainya disana, beliau memerintahkan untuk membakar semua perahu-perahu yang mereka tumpangi dan langsung berpidato kepada pasukannya: "Wahai saudara-saudaraku, lautan ada di belakang kalian, musuh ada di depan kalian, ke manakah kalian akan lari? Demi Allah, yang kalian miliki hanyalah kejujuran dan kesabaran. Ketahuilah bahwa di pulau ini kalian lebih terlantar dari pada anak yatim yang ada di lingkungan orang-orang hina. Musuh kalian telah menyambut dengan pasukan dan senjata mereka. Kekuatan mereka sangat besar, sementara kalian tanpa perlindungan selain pedang-pedang kalian, tanpa kekuatan selain dari barang-barang yang kalian rampas dari tangan musuh kalian. Seandainya pada hari-hari ini kalian masih tetap sengsara seperti ini, tanpa adanya perubahan yang berarti, niscaya nama baik kalian akan hilang, rasa gentar yang ada pada hati musuh akan berganti menjadi berani kepada kalian. Oleh karena itu, pertahankanlah jiwa kalian! Siapa yang akan mengikutiku?". Setelah berpidato,
Tariq bin Ziyad langsung memimpin pasukannya dengan menjadi yang terdepan, bersiap untuk penaklukkan.
Pasukan
Moors itu lalu berangkat menuju
Cartagena sebuah kota di pinggir pantai, lalu berlanjut ke
Cordoba. Pada tanggal
19 Juli 711 (28 Ramadhan 92H), terjadi
pertempuran besar di Bakkah yang berakhir dengan terbunuhnya
Roderic dan kekalahan 30.000 pasukannya.
Kemenangan tersebut dan bergabungnya pasukan pimpinan
Musa bin Nusair sebanyak 18000 prajurit pada tahun 712 membuat mereka terus melanjutkan penaklukan. Tahun 712,
Toledo jatuh; Tahun 717, menguasai
Granada; Tahun 718, hampir seluruh semenanjung
Iberia telah dikuasai.
Tariq bin Ziyad sendiri tidak lama menjadi Gubernur di
Spanyol. Dia dipanggil pulang ke
Maroko dan wafat pada tahun 720.
Penaklukkan
Tariq bin Ziyad telah membuka penyiaran agama
Islam di
Spanyol yang selama 800 tahun sangat berpengaruh di sana. Kekuasaan
Islam dari bangsa
Moors berakhir tanggal
2 Januari 1492 ketika
Boabdil raja terakhir
Granada menyerah kepada
Katolik Monarki di bawah
Ferdinand II dari
Aragon dan
Isabella I dari
Castile.
Turut berduka cita yang sedalam-dalamnya
Tadi pagi di
Milis Gajah, ada postingan yang dikirim oleh
Ady Permadi yang berisi:
---------------------------------
Salemba, Warta Kota
PEJABAT Jakarta seperti ditampar. Seorang warganya harus menggendong mayat anaknya karena tak mampu sewa mobil jenazah.
Penumpang kereta rel listrik (KRL) jurusan Jakarta-Bogor pun geger Minggu (5/6). Sebab, mereka tahu bahwa seoran pemulung bernama Supriono (38 thn) tengah menggendong mayat anak, Khaerunisa (3 thn). Supriono akan memakamkan si kecil di Kampung Kramat, Bogor dengan menggunakan jasa KRL. Tapi di Stasiun Tebet, Supriono dipaksa turun dari kereta, lantas dibawa ke kantor polisi karena dicurigai si anak adalah korban kejahatan. Tapi di kantor polisi, Supriono mengatakan si anak tewas karena penyakit muntaber. Polisi belum langsung percaya dan memaksa Supriono membawa jenazah itu ke RSCM untuk diautopsi.
Di RSCM, Supriono menjelaskan bahwa Khaerunisa sudah empat hari terserang muntaber. Dia sudah membawa Khaerunisa untuk berobat ke Puskesmas Kecamatan Setiabudi. "Saya hanya sekali bawa Khaerunisa ke puskesmas, saya tidak punya uang untuk membawanya lagi ke puskesmas, meski biaya hanya Rp 4.000,- saya hanya pemulung kardus, gelas dan botol plastik yang penghasilannya hanya Rp 10.000,- per hari". Ujar bapak 2 anak yang mengaku tinggal di kolong perlintasan rel KA di Cikini itu. Supriono hanya bisa berharap Khaerunisa sembuh dengan sendirinya. Selama sakit Khaerunisa terkadang masih mengikuti ayah dan kakaknya, Muriski Saleh (6 thn), untuk memulung kardus di Manggarai hingga Salemba, meski hanya terbaring digerobak ayahnya.
Karena tidak kuasa melawan penyakitnya, akhirnya Khaerunisa menghembuskan nafas terakhirnya pada Minggu (5/6) pukul 07.00. Khaerunisa meninggal di depan sang ayah, dengan terbaring di dalam gerobak yang kotor itu, di sela-sela kardus yang bau. Tak ada siapa-siapa, kecuali sang bapak dan kakaknya. Supriono dan Muriski termangu. Uang di saku tinggal Rp 6.000,- tak mungkin cukup beli kain kafan untuk membungkus mayat si kecil dengan layak, apalagi sampai harus menyewa ambulans. Khaerunisa masih terbaring di gerobak. Supriono mengajak Musriki berjalan menyorong gerobak berisikan mayat itu dari Manggarai hingga ke Stasiun Tebet, Supriono berniat menguburkan anaknya di kampong pemulung di Kramat, Bogor. Ia berharap di sana mendapatkan bantuan dari sesama pemulung.
Pukul 10.00 yang mulai terik, gerobak mayat itu tiba di Stasiun Tebet. Yang tersisa hanyalah sarung kucel yang kemudian dipakai membungkus jenazah si kecil. Kepala mayat anak yang dicinta itu dibiarkan terbuka, biar orang tak tahu kalau Khaerunisa sudah menghadap Sang Khalik. Dengan menggandeng si sulung yang berusia 6 thn, Supriono menggendong Khaerunisa menuju stasiun. Ketika KRL jurusan Bogor datang, tiba-tiba seorang pedagang menghampiri Supriono dan menanyakan anaknya. Lalu dijelaskan oleh Supriono bahwa anaknya telah meninggal dan akan dibawa ke Bogor spontan penumpang KRL yang mendengar penjelasan Supriono langsung berkerumun dan Supriono langsung dibawa ke kantor polisi Tebet. Polisi menyuruh agar Supriono membawa anaknya ke RSCM dengan menumpang ambulans hitam.
Supriono ngotot meminta agar mayat anaknya bisa segera dimakamkan. Tapi dia hanya bisa tersandar di tembok ketika menantikan surat permintaan pulang dari RSCM. Sambil memandangi mayat Khaerunisa yang terbujur kaku. Hingga saat itu Muriski sang kakak yang belum mengerti kalau adiknya telah meninggal masih terus bermain sambil sesekali memegang tubuh adiknya. Pukul 16.00, akhirnya petugas RSCM mengeluarkan surat tersebut, lagi-lagi karena tidak punya uang untuk menyewa ambulans, Supriono harus berjalan kaki menggendong mayat Khaerunisa dengan kain sarung sambil menggandeng tangan Muriski. Beberapa warga yang iba memberikan uang sekadarnya untuk ongkos perjalanan ke Bogor. Para pedagang di RSCM juga memberikan air minum kemasan untuk bekal Supriono dan Muriski di perjalanan.
Psikolog Sartono Mukadis menangis mendengar cerita ini dan mengaku benar-benar terpukul dengan peristiwa yang sangat tragis tersebut karena masyarakat dan aparat pemerintah saat ini sudah tidak lagi perduli terhadap sesama. "Peristiwa itu adalah dosa masyarakat yang seharusnya kita bertanggung jawab untuk mengurus jenazah Khaerunisa. Jangan bilang keluarga Supriono tidak memiliki KTP atau KK atau bahkan tempat tinggal dan alamat tetap. Ini merupakan tamparan untuk bangsa Indonesia", ujarnya.
Koordinator Urban Poor Consortium, Wardah Hafidz mengatakan peristiwa itu seharusnya tidak terjadi jika pemerintah memberikan pelayanan kesehatan bagi orang yang tidak mampu. Yang terjadi selama ini, pemerintah hanya memerangi kemiskinan, tidak mengurusi orang miskin kata Wardah.
*** mohon maaf karena telah mengutip ulang berita ini***
---------------------------------
Ketika membacanya, tanpa tersadar mata saya berkaca-kaca. Emosi saya terpukul sehingga tidak mampu lagi berkata-kata. Hanya do'a yang terucap dalam hati:
"Innalillaahi wa inna ilaihi rajiuun. Ya Rabb, terimalah segala amal ibadah Khaerunisa, terimalah ia di sisiMu. Berilah petunjuk, kesabaran, kelapangan, ketabahan dan kesabaran kepada Keluarga Bpk. Supriono yang ditinggalkan. Ampunilah dosa kami semua, Ya Allah. Jangan matikan akal dan hati nurani kami yang merupakan pembeda antara kami dengan makhlukMu yang lain."
Turut berduka cita yang sedalam-dalamnya kepada keluarga Bpk. Supriono. Turut berduka cita atas semakin memudarnya akal dan hati nurani.
Am I a Nerd?
Iseng-iseng ikutan kuis di
NerdSite. Kuis yang dipilih adalah
Nerd Quiz. Berikut ini hasil kuisnya:
ClubBali, Klub Liburan
Hari sabtu sore kemarin saya diminta
istri untuk mengantarnya mengambil voucher menginap gratis di hotel berbintang di Bali. Sebelumnya saya sempat ada pikiran-pikiran negatif. Masak iya sih ada yang gratis sekarang ini? Pasti hanya alasan untuk menawarkan sesuatu ataupun untuk menipu. Istri saya bilang hanya yang diundang yang bisa mengambil voucher tersebut.
Setelah sampai di tempat yang
dituju, istri saya ditanya tentang siapa pengundangnya dan langsung disodori
questionnaire untuk diisi. Salah satunya adalah kesediaan untuk ikut presentasi dengan waktu
minimal 90 menit. Terkaget-kaget saya melihat istri saya ternyata menyetujui hal itu - belakangan saya ketahui bahwa istri saya melewatkan kata minimal tersebut. Beberapa menit kemudian ada seseorang yang memperkenalkan diri dan mengajak kami berdua masuk ke dalam sebuah ruangan yang luas, penuh dengan orang-orang yang sepertinya sedang diberi penjelasan oleh petugas-petugasnya masing-masing.
Penjelasan dimulai dengan sejarah PT. Puri Loka yang mulai berdiri tahun 1992 dan diselingi dengan pemutaran video
RCI dari proyektor. Ternyata mereka menawarkan keanggotaan
Club Bali, yaitu keanggotaan klub liburan berupa akomodasi hotel berbintang, resort dan cottage yang mereka miliki ditambah dengan berbagai tempat afiliasi yang tersebar di Indonesia dan dunia dengan berafiliasi ke
RCI. Konsep yang dijual menurut saya menarik karena bisa mendapatkan akomodasi dengan lebih mudah, biaya akomodasi berdasarkan point dan beberapa keuntungan yang bisa didapat seolah-olah kita adalah pemilik tempat liburan tersebut.
Keuntungan menjadi member menurut mereka antara lain bisa menghadiahkan, menyewakan, menjual bahkan mewariskan point yang mereka miliki. Keanggotaan yang dijual adalah selama 20 tahun dengan point per tahunnya adalah 2.400 point sehingga point total yang ditawarkan adalah 48.000 point. Setiap tempat punya perhitungan point yang berbeda-beda (mungkin karena harga kamar dan fasilitas juga berbeda-beda).
Sayangnya saya dan
istri bukanlah tipe orang yang senang berlibur dengan cara seperti itu. Prioritas liburan istimewa masih bukan merupakan prioritas yang tinggi. Disamping jatah libur yang sedikit selain hari Sabtu dan Minggu, kami berdua juga agak sulit untuk menyatukan jadwal cuti. Selain itu, mengisi liburan tidak melulu harus dengan cara jalan-jalan seperti itu. Menonton TV di rumah, bercanda dengan
Naufal, atau hanya sekedar pergi ke tempat wisata sekitar Jakarta pun sudah cukup. Kalaupun ingin berlibur dan menginap di tempat yang jauh, kami tidak memaksakan diri harus menyewa kamar di hotel berbintang, yang sederhana pun sudah cukup asalkan tempatnya bersih dan nyaman. Sehingga kami merasa bahwa tawaran yang diajukan sepertinya terlalu mewah dan sangat berlebih untuk kami.
Setelah melihat penawaran harganya, terus terang kami semakin tidak berminat. Kami lebih memilih berhemat dan menabung untuk biaya pendidikan
Naufal dan adik-adiknya (amiiinnn) kelak, biaya penyelesaian studi
S2 istri saya dan juga biaya pendidikan
S2 saya. Dan akhirnya kami putuskan untuk menolak tawaran tersebut.
Pada akhirnya kami tetap diberikan voucher untuk menginap gratis tersebut. Pada saat ditanyakan lokasi hotel yang akan diambil, kami tidak bisa menjawab karena kami memang sebenarnya tidak ada rencana untuk berlibur istimewa dalam bulan-bulan ini.
Saya juga meminta maaf dalam hati karena ternyata mereka fair, tidak menipu dan memang menawarkan sesuatu yang legal.
Sapu dan Jembatan penyeberangan
Sebuah Sapu tergeletak di trotoar jalan raya yang sangat ramai. Tubuhnya kusam berdebu tak terawat. Dia masih beruntung karena tergeletak di bawah jembatan penyeberangan yang kosong melompong tetapi masih melindunginya dengan bayangan dari teriknya sinar matahari.
Sapu itu mengeluh. Suaranya yang parau mengalun pelan dan terdengar sayup-sayup diantara kerasnya suara mesin mobil, deru klakson, pejalan kaki yang lalu lalang dan hembusan angin.
Tiba-tiba ada sebuah suara menegurnya, "Hai Sapu... Apa yang kamu keluhkan?". Suara yang asing baginya diantara banyaknya suara yang sudah biasa didengarnya. Setelah memastikan berkali-kali, ternyata suara itu adalah suara jembatan penyeberangan. Aneh, setelah sekian lama berada di tempat yang sama, baru kali ini dia mendengar suara jembatan penyeberangan yang biasanya selalu diam membisu.
"Aku iri padamu, jembatan", jawab Sapu. "Setiap hari pagi dan sore aku selalu bekerja keras membersihkan kotoran dan sampah yang banyak berserakan di jalan ini. Kotoran dan sampah yang selalu dibuang sembarangan oleh orang-orang yang lewat sini. Coba kamu perhatikan halte sebelah kita. Tempat sampah yang ada lebih sering kosong tak berisi. Bapak oranye yang selalu menggunakan jasaku pernah bercerita tentang negeri nun jauh yang selalu bersih yang tak terlihat adanya sampah dan kotoran berserakan di jalan. Semua warganya berlaku tertib dan tak membuang sampah sembarangan. Tetapi coba kau lihat kenyataannya disini. Dan aku juga merasa iri melihat keadaanmu yang tak pernah dipakai orang. Kau tak perlu bekerja keras sepanjang hari seperti aku!".
Jembatan tersenyum mendengar keluh kesah sapu yang panjang lebar. "Sapu, kalau menurutku, justru kamulah yang lebih beruntung dibandingkan aku. Kamu telah ditakdirkan menjadi sapu yang diharapkan berguna bagi orang banyak dan kamu telah melakukannya. Kamu berjasa membersihkan kotoran dan sampah yang akan mengganggu manusia. Kamu juga menyingkirkan debu dari jalan yang bisa membahayakan pengendara. Kamu telah melakukan dengan baik apa yang diharapkan darimu. Kamu telah memenuhi harapan pembuatmu. Sedangkan aku? Apa yang sudah aku tunaikan? Tidak ada. Aku dibuat dengan maksud untuk melindungi para pejalan kaki yang akan menyeberang agar mereka terhindar dari kecelakaan seperti tertabrak mobil atau motor. Bahkan aku dilengkapi dengan kanopi untuk melindungi penggunaku dari teriknya sinar matahari. Aku juga dilengkapi dengan lampu untuk menerangi mereka di waktu malam. Tapi hampir tidak ada orang yang menggunakanku. Mereka lebih tertarik untuk menyeberang langsung dengan alasan malas untuk menaiki tanggaku. Padahal apa yang mereka lakukan? Mereka harus melihat-lihat apakah jalan itu cukup aman untuk mereka seberangi. Mereka harus berlari-lari. Mereka tidak mempedulikan pagar yang sengaja dibangun agar mereka mempergunakan jasaku. Mereka bahkan merusak pagar itu agar mereka tetap bisa menyeberang dibawahku. Apakah kamu lupa bahwa sudah banyak kecelakaan terjadi disini? Kamu pasti tidak lupa ketika beberapa hari yang lalu kita berdua menyaksikan seorang bapak yang meninggal dunia karena tertabrak mobil sewaktu sedang menyeberang. Ah, Sapu. Tidak seharusnya kamu iri padaku. Justru aku yang iri padamu karena aku tidak berguna. Aku tidak bisa menunaikan tugasku, tidak seperti dirimu. Pikirkanlah tentang hal itu".
Sapu terdiam berpikir tentang kebenaran kata-kata jembatan. Dia lalu berkata "Lalu bagaimana dengan cerita bapak oranye tentang negeri nun jauh itu?"
Jembatan pun menjawab, "Tidak usahlah kita melihat ke luar. Lihatlah dulu kedalam karena inilah negeri kita. Yang bagaimanapun bentuk dan rupanya, tetap kita cintai dan bela sampai mati".
Seiring dengan terbenamnya matahari, sapu dan jembatan pun kembali kedalam kebisuan mereka sendiri-sendiri. Seperti pengguna jalan yang tak akan pernah berhenti.