02 June 2005

Sapu dan Jembatan penyeberangan

Sebuah Sapu tergeletak di trotoar jalan raya yang sangat ramai. Tubuhnya kusam berdebu tak terawat. Dia masih beruntung karena tergeletak di bawah jembatan penyeberangan yang kosong melompong tetapi masih melindunginya dengan bayangan dari teriknya sinar matahari.

Sapu itu mengeluh. Suaranya yang parau mengalun pelan dan terdengar sayup-sayup diantara kerasnya suara mesin mobil, deru klakson, pejalan kaki yang lalu lalang dan hembusan angin.

Tiba-tiba ada sebuah suara menegurnya, "Hai Sapu... Apa yang kamu keluhkan?". Suara yang asing baginya diantara banyaknya suara yang sudah biasa didengarnya. Setelah memastikan berkali-kali, ternyata suara itu adalah suara jembatan penyeberangan. Aneh, setelah sekian lama berada di tempat yang sama, baru kali ini dia mendengar suara jembatan penyeberangan yang biasanya selalu diam membisu.

"Aku iri padamu, jembatan", jawab Sapu. "Setiap hari pagi dan sore aku selalu bekerja keras membersihkan kotoran dan sampah yang banyak berserakan di jalan ini. Kotoran dan sampah yang selalu dibuang sembarangan oleh orang-orang yang lewat sini. Coba kamu perhatikan halte sebelah kita. Tempat sampah yang ada lebih sering kosong tak berisi. Bapak oranye yang selalu menggunakan jasaku pernah bercerita tentang negeri nun jauh yang selalu bersih yang tak terlihat adanya sampah dan kotoran berserakan di jalan. Semua warganya berlaku tertib dan tak membuang sampah sembarangan. Tetapi coba kau lihat kenyataannya disini. Dan aku juga merasa iri melihat keadaanmu yang tak pernah dipakai orang. Kau tak perlu bekerja keras sepanjang hari seperti aku!".

Jembatan tersenyum mendengar keluh kesah sapu yang panjang lebar. "Sapu, kalau menurutku, justru kamulah yang lebih beruntung dibandingkan aku. Kamu telah ditakdirkan menjadi sapu yang diharapkan berguna bagi orang banyak dan kamu telah melakukannya. Kamu berjasa membersihkan kotoran dan sampah yang akan mengganggu manusia. Kamu juga menyingkirkan debu dari jalan yang bisa membahayakan pengendara. Kamu telah melakukan dengan baik apa yang diharapkan darimu. Kamu telah memenuhi harapan pembuatmu. Sedangkan aku? Apa yang sudah aku tunaikan? Tidak ada. Aku dibuat dengan maksud untuk melindungi para pejalan kaki yang akan menyeberang agar mereka terhindar dari kecelakaan seperti tertabrak mobil atau motor. Bahkan aku dilengkapi dengan kanopi untuk melindungi penggunaku dari teriknya sinar matahari. Aku juga dilengkapi dengan lampu untuk menerangi mereka di waktu malam. Tapi hampir tidak ada orang yang menggunakanku. Mereka lebih tertarik untuk menyeberang langsung dengan alasan malas untuk menaiki tanggaku. Padahal apa yang mereka lakukan? Mereka harus melihat-lihat apakah jalan itu cukup aman untuk mereka seberangi. Mereka harus berlari-lari. Mereka tidak mempedulikan pagar yang sengaja dibangun agar mereka mempergunakan jasaku. Mereka bahkan merusak pagar itu agar mereka tetap bisa menyeberang dibawahku. Apakah kamu lupa bahwa sudah banyak kecelakaan terjadi disini? Kamu pasti tidak lupa ketika beberapa hari yang lalu kita berdua menyaksikan seorang bapak yang meninggal dunia karena tertabrak mobil sewaktu sedang menyeberang. Ah, Sapu. Tidak seharusnya kamu iri padaku. Justru aku yang iri padamu karena aku tidak berguna. Aku tidak bisa menunaikan tugasku, tidak seperti dirimu. Pikirkanlah tentang hal itu".

Sapu terdiam berpikir tentang kebenaran kata-kata jembatan. Dia lalu berkata "Lalu bagaimana dengan cerita bapak oranye tentang negeri nun jauh itu?"

Jembatan pun menjawab, "Tidak usahlah kita melihat ke luar. Lihatlah dulu kedalam karena inilah negeri kita. Yang bagaimanapun bentuk dan rupanya, tetap kita cintai dan bela sampai mati".

Seiring dengan terbenamnya matahari, sapu dan jembatan pun kembali kedalam kebisuan mereka sendiri-sendiri. Seperti pengguna jalan yang tak akan pernah berhenti.

4 Komentar:

Komentar Anonymous Anonymous pada tanggal 2/6/05 17:59:

besok nyebrang di jembatan deh

 
Komentar Anonymous Anonymous pada tanggal 6/6/05 09:45:

nyebrang jembatan bole pake motor gak?

 
Komentar Anonymous Anonymous pada tanggal 6/6/05 10:05:

#2 boleh, tapi NUNGGING dulu!!!
heuheuheuhuhe

 
Komentar Blogger Awan Kusuma pada tanggal 6/6/05 10:46:

dasar... :P kebiasaan di kampung gajah di bawa kesini :D

 

Post a Comment

<< Home