04 July 2005

Wakil rakyat atau wakil diri sendiri?

Abis baca Kompas kok perut jadi mual ya. Muak liat tingkah para wakil rakyat yang bener-bener rakus, cuma mentingin perutnya sendiri tanpa peduli terhadap rakyat yang notabene adalah pemilihnya. Ini sebenernya wakil rakyat apa wakil diri sendiri sih?

Gila aja di tengah himpitan kemiskinan dan kemelaratan serta masalah ekonomi dan sosial yang timpang seperti sekarang ini, mereka masih ingin menaikkan gaji yang mereka dapat (mereka bilang sih kenaikan tunjangan) dengan dalih ingin memperlancar kerja anggota DPR dan lebih berdaya di mata eksekutif.

Gak ngaca ya kalian? Liat dong rakyat peserta pemilu yang udah ngedudukin kalian ke DPR itu nasibnya kayak apa sekarang. Ada yang busung lapar, pengemis di lampu merah, anak-anak terlantar yang hidup di jalan-jalan, bencana alam, harga bbm dan seabrek "penyakit" di negeri ini. Heran kok gak ada rasa sensitif dan kepedulian sekali sih. Kalo kami gak pilih kalian, belum tentu kalian bisa nerima gaji - yang sekarangpun sudah melimpah - sebesar yang diterima sekarang ini. Jangan terus injak-injak kami, gaji kalian itu berasal dari pajak kami bukan jatuh dari pohon.

Kami adalah pemilih kalian dan kalian adalah wakil kami. Seharusnya kalianlah yang berjuang untuk menjadikan kami semua bergaji lebih besar dari kalian, lebih makmur dan sejahtera dibanding kalian. Tapi apa upaya kalian untuk memperjuangkan kami? Ruang sidang yang kosong? Tontonan kericuhan ala anak kecil di ruang sidang? Sibuk mentingin partai sendiri? Tidur di saat sidang? Baca koran disaat sidang? Tapi pengen gaji, tunjangan atau apalah selalu naik? Hei mikir dong kalian overpaid underperformance!

Apa hubungannya gaji dan tunjangan naik dengan memperlancar kerja? Hei... kami para overworked underpaid aja bisa kok kerja lancar dengan gaji seadanya. Apa iya gaji dan tunjangan naik terus kerjanya pasti jadi lancar? Pasti bisa memperjuangkan rakyat? Pasti ruang sidang selalu penuh? Pasti serius dalam menjalankan kerja?

Terus apa hubungannya dengan lebih berdaya di mata eksekutif? Gak mau kalah dengan gaji eksekutif? Biar jas, kemeja, dasi, celana dan sepatunya bisa lebih mahal dari eksekutif sehingga terhindar dari tatapan sebelah mata gitu?

Kerja dulu deh yang bener. Berilah kami contoh dan teladan yang baik seperti layaknya orang-orang pintar dan terpelajar. Perjuangkan kami semua dengan sepenuh hati kalian. Kami butuh bukti, bukan janji dan sandiwara. Jangan malah menghina kami dengan cara seperti ini. Capek, Bosan, Muak!

3 Komentar:

Komentar Blogger Awan Kusuma pada tanggal 6/7/05 15:47:

bentar dats...
*nyari kantong muntah*

 
Komentar Blogger M Fahmi Aulia pada tanggal 6/7/05 21:52:

saya pesen muntah 2 kantong, ga pake lama ya?

 
Komentar Anonymous Anonymous pada tanggal 14/7/05 08:20:

tipikal pejabat kita kebanyakan.

 

Post a Comment

<< Home