08 December 2005

Catatan Perjalanan: Hujan dan angin kencang melanda Jakarta Timur

Kemarin sore, saat pulang dari pool bis HIBA di Klender menuju daerah Halim, cuaca berubah dengan cepat. Setengah jam sebelumnya, langit masih cerah dan terang, namun pada pukul 15.00 WIB, langit berubah menjadi gelap dan hembusan angin terasa semakin kencang.

Sebelum turun hujan, sejak jalan raya Bekasi Timur hingga daerah Prumpung (melewati Jl. Jatinegara Kaum I, Jl. Persahabatan dan Jl. Raya Bekasi Timur) sudah terasa hembusan angin kencang yang mulai merontokkan daun-daun ke jalan dan kilatan-kilatan petir menerangi langit yang bertambah gelap.

Hujan yang akhirnya turun dengan derasnya menyebabkan kemacetan dan genangan air di jalan raya. Di daerah Kebon Nanas sampai perempatan Cawang UKI, jalur paling kiri digenangi air sampai setinggi 30 cm lebih. Di terowongan Cawang, ketinggian air bahkan bertambah untuk jalur paling kirinya. Sepanjang jalan Halim Perdanakusuma menuju Bandara dipenuhi dengan daun-daun dan ranting-ranting patah. Bahkan ada pohon tumbang yang menutupi satu lajur paling kanan.

Setelah berlangsung selama kurang lebih satu setengah jam, hujan pun berhenti. Namun pada pukul 17.00 WIB, hujan kembali turun di daerah Halim. Hujan yang kedua ini berlangsung selama sekitar satu jam.

Setelah sholat Maghrib, perjalanan dari Halim menuju Matraman diwarnai dengan kemacetan mulai dari Jl. Kerja Bakti di depan rumah sampai lampu merah Cililitan. Jalanan dipenuhi dengan dedaunan, sedangkan di bagian kiri dan kanan jalan dipenuhi dengan ranting-ranting pohon yang sudah berhasil disingkirkan.

Pemandangan serupa berlanjut terus mulai dari Jl. SMA XIV Barat, Jl. Dewi Sartika, Jl. Otista sampai pertigaan Otista III.

Melihat dampak dari hujan angin tersebut, saya jadi penasaran. Sebenarnya berapa ya kecepatan angin yang bertiup saat itu? Sayang alat ukur yang saya bawa hanyalah sebuah penggaris plastik 30 cm yang ada didalam tas ransel saya...

DISCLAIMER:
Ya ya ya... bagi warga Kampung Gajah, tanpa skrinsut adalah MARKUMBAMBANG. Sayangnya perjalanan yang saya lakukan tidak memungkinkan saya untuk memenuhi TAO No. 7 tersebut.